Orpheus menyanggupi syarat yang tampaknya ringan tersebut. Kemudian pasangan kekasih tersebut meninggalkan Hades. Gerbang Hades yang dijaga Cerberus telah mereka lewati, demikian pula Sungai Styx telah mereka seberangi. Sejauh itu Orpheus sanggup menahan diri untuk tidak menengok ke belakang.
Namun semakin jauh mereka meninggalkan kegelapan di belakang, semakin gelisahlah hati Orpheus diusik keragu-raguan. Apakah jiwa Eurydice mengikutinya? Apakah raungan Cerberus tidak membuat gentar jiwa Eurydice melangkah keluar dari gerbang Hades? Apakah Charon tidak menolak menyeberangkan jiwa Eurydice? Oh dewa! Kalau saja dia boleh yakin bahwa Eurydice ada bersamanya. Pertanyaan-pertanyaan tersebut mengusik batin Orpheus. Semakin jauh langkahnya menuju terang, semakin gelaplah pikirannya.
Akhirnya, tak tahan oleh keragu-raguan yang mengusik hatinya, Orpheus melanggar syarat yang diberikan oleh penguasa Hades. Dia menoleh ke belakang untuk melihat jiwa Eurydice.
"...pantang bagimu menengok ke belakang, ke arahnya, selama kau berada dalam kegelapan Hades...."
Maka...
"Orpheus, ah, Orpheus! Ketidaksabaranmukah? Keragu-raguanmukah? Atau takdir kejamkah yang mengkhianati cinta kita dan membuatmu melanggar syarat yang telah diberikan padamu atas kesempatan bagi kita untuk bersatu kembali? Kuulurkan tanganku padamu namun kutahu aku tak mungkin lagi menjadi milikmu di dunia atas sana?" desah jiwa Eurydice memilukan.
Dan Orpheus melihat bayangan Eurydice memudar dalam kegelapan Hades. Sia-sia lengannya terulur mencoba menggapai jiwa Eurydice. Bayangan Eurydice telah sirna.
Dia berlari kembali mencoba mengejarnya. Sampai di tepian Sungai Styx dia memohon dengan ratapan pada Charon agar bersedia menyeberangkannya. Namun kesempatan kedua tak pernah ada bagi Orpheus. Charon menulikan telinganya terhadap permohonan Orpheus.
Akhirnya karena lelah meratap dan memohon Orpheus kembali ke tempatnya kehilangan Eurydice untuk kedua kalinya. Sungguh kehilangan yang sekali ini lebih berat dirasanya daripada kehilangan yang pertama. Dan sungguh ironis! Ditemukannya liranya menggeletak hanya dua langkah dari tempat yang disinari matahari
Orpheus kembali ke dunianya. Hari-harinya dijalaninya dengan murung dan penuh duka. Tak ada lagi yang mampu mengembalikan gairah hidupnya. Bahkan bayangan Eurydice pun tak mampu membuatnya bersemangat kembali, karena dia tahu betapa sia-sia mengharapkan kemurahan dewata agar Eurydice kembali ke sisinya.
Dia memutuskan untuk tidak kembali ke Thrace melainkan mengembara membawa luka di hatinya. Seolah ingin disuarakannya kepedihan hatinya dan ketidakadilan dewata terhadapnya ke seluruh pelosok dunia. Dan dawai-dawai liranya pun tak pernah lagi mengalunkan lagu suka.
Suatu ketika tibalah Orpheus di suatu desa yang sedang merayakan festival untuk menghormati Bacchus, dewa anggur dan keriangan. Para wanita yang hadir dalam festival tersebut membujuk Orpheus agar memainkan liranya untuk mengiringi hymne suci bagi Bacchus. Dalam dukanya Orpheus menolak. Rupanya penolakan tersebut menimbulkan amarah bagi wanita-wanita pemuja Bacchus. Dalam keadaan mabuk oleh anggur yang mereka minum dalam festival, mereka menyerang Orpheus dengan golok dan sabit dan mencabik-cabiknya beramai-ramai. Terlalu berat dibebani duka di hatinya Orpheus tidak berusaha melawan.
Ketika sadar para wanita tersebut terkejut dengan apa yang telah mereka perbuat. Namun terlambat! Orpheus telah mereka bunuh Kepalanya hanyut dibawa arus Sungai Hebrus sementara bibirnya masih terus menggumamkan sebuah nama. Nama yang hidup abadi dalam hatinya, Eurydice. Para peri yang menemukan kepala Orpheus kemudian menguburkannya di Libethra di lereng Olympus Di sana burung-burung penyanyi berkicau lebih merdu daripada burung-burung di tempat lain sejak saat itu.
Jiwa Orpheus yang meninggalkan tubuhnya meluncur ke kegelapan Hades. Di sana jiwanya bertemu dan bersatu dengan jiwa Eurydice. Meskipun kegembiraan dan keceriaan tak dikenal di Hades yang suram, namun jiwa Orpheus berbahagia dengan jiwa Eurydice, sebab cinta mereka telah mengalahkan maut itu sendiri
Dan lira Orpheus? Lira tersebut terbawa ombak sampai ke Pulau Lesbos dan terdampar di pantainya. Berhari-hari bahkan berbulan-bulan alat musik itu tergeletak di sana. Ketika debur ombak terus menyentuh dawai-dawainya dengan berirama, terciptalah melodi-melodi indah yang mengalun sampai ke telinga Apollo yang lalu memungut lira putranya tersebut dan meletakkannya di angkasa, di antara bintang-bintang, menjadi rasi bintang Lira.
The End
Kidung Asmara Orpheus & Eurydice (Part Five)
Label:
MYTH AND LEGEND
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
aku selalu mengagumi cerita cinta orpehus & eurydice . sngat mengharukan ...
,sukaaaaaaaaaa beud.....
,
,
,
,thx yuah.....
,
,
,tgas jurnal gko jd selesai....
,
,
THX....sudah mampir.
Dari tahun 2018 nihh,, suka sama tulisan ente.. indah sanagat kisahnya..