Jendral Kuribayashi mendarat di pantai timur Pulau Iwo Jima, dibawah bayangan tebing yang terjal. Melalui jalan setapak yang berdebu tebal sampailah ke Desa Motoyama untuk bertemu dengan Laksamana Muda Teichi Matsunaga, yang baru beberapa hari memegang komando seluruh armada Angkatan Laut di Iwo Jima. Laksamana Matsunaga adalah seorang penerbang yang berani, Ia bersama kelompoknya telah berhasil menenggelamkan kapal perang Inggris, Prince of Wales dan Repulse pada awal perang. Ke Iwo Jima laksamana ini membawa juga regu pilotnya yang telah tersohor. Jendral Kuribayashi melihat bahwa laksamana ini hanya memusatkan perhatiannya kepada langit dan perutnya saja. Laksamana ini menderita sakit perut hebat, dan mengeluh terus, karena buruknya air minum. Kuribayashi segera saja tercengang melihat buruknya sistem pertahanan pulau itu. Nampak sekali tidak ada rencana konkret atau bahkan kepemimpinan nyata. Tidak ada kerjasama antara pihak Angkatan laut dan Angkatan Darat. Pihak Angkatan Darat sejak dulu tidak enak berada dibawah komando Angkalan Laut. Sementara itu personil Angkatan Udara menempatkan dirinya sebagai kelompok elite, selalu mengambil jarak. Dan para prajurit dari Angkatan Laut tidak merasa senang ditugaskan pada pekerjaan yang semestinya menjadi kewajiban pihak Angkatan Darat.
Di pulau ini telah ada sebuah lapangan udara dengan tiga buah jalur yang dibangun berupa segitiga. Jalur terpanjang membujur searah dengan garis pantai. Kekuatan armada udara di pulau ini berada dibawah komando Kapten Tsunezo Wachi, dengan kekuatan 20 pesawat patroli dan 1.400 orang tentara. Dan pada bulan Maret tiba pasukan tambahan 600 orang personil AL. sementara itu kekuatan Angkatan Darat (AD) ada lima batalyon pasukan tempur, dibawah komando Kolonel Kanehiko Atsuchi.
Kolonel Atsuchi berusia 56 tahun, mungkin merupakan kolonel paling tua di dalam Angkatan Darat Kekaisaran. Dia seorang yang halus dan disukai orang, namun sama sekali tidak pernah menginjak sekolah staf. Dan tugas paling akhir yang diembannya adalah Korea, dimana dia tidak pernah terlibat dalam pertempuran. Komandan-komandan batalyonnya terdiri dari seorang Letnan Kolonel Kuno, seorang Mayor dan tiga orang Kapten, yang dua diantaranya belumpernah mendapat didikan di Akademi Militer.
Pada bulan Maret 1944, Letnan Jendral Eiryo Obata, pimpinan umum kesatuan ke 31Angkatan Darat tiba di Iwo Jima dari Saipan. Panglima ini sangat marah mendapatkan bahwa kesatuan artileri ditempatkan di dataran tinggi di sebelah utara. Hal ini bertentangan dengan doktrin militer, sebab pasukan musuh pasti melakukan invasi di wilayah pantai. Di pantailah musuh harus disambut dengan tembakan artileri.
“Meriam dan kanon itu tidak ada gunanya”, kata Letjen Obata. “musuh hanya bisa mendarat di pantai. Pindahkan semua senjata artileri ke bawah sana, dan bangun kubu-kubu senapan”. Obata kemudian kembali ke Saipan, dan para prajurit membongkar unit-unit artileri di dataran tinggi itu serta menariknya pindah ke pantai. Itu semua terjadi pada bulan Maret. Menjelang bulan Juli 1944, keadaan peperangan dunia (Perang Dunia II) mengalami arus balik. Pasukan sekutu mulai meraih kemenganan di berbagai front. Jendral Dwight Eisenhower panglima pasukan sekutu telah berhasil melakukan pendaratan besar-besaran di Normandia dengan sangat mengagumkan. Pasukan sekutu dibawah komando Jendral Eisenhower mampu menghancurkan pertahanan Jerman yang terkenal sangat tangguhnya. Gelombang balik juga melanda front Pasifik. Pasukan Marinir (Komando AL) serta pasukan Angkatan Darat Amerika mulai mengancam Saipan. Dan sudah mulai merebut Kepulauan Mariana, yang merupakan benteng terkuat pihak Jepang.
Kuribayashi semakin yakin bahwa tidak ada pertahanan pantai yang akan mampu menahan serangan pasukan Amerika. Maka, Ia memerintahkan seluruh persenjataan artileri ditarik lagi menuju utara, atau disembunyikan di kaki gunung suribachi. Ini merupakan perintah yang pertama. Dan tentu saja ditentang mentah-mentah oleh pihak AD dan AL. Kedua angkatan ini belum bisa melepaskan dari tradisi atau doktrin militer yang selama ini mereka anut. Lain halnya dengan Jendral Kuribayashi, dia yakin benar bahwa untuk mempertahankan pulau Iwo Jima ini dia tidak bisa mengerahkan seluruh kekuatannya di pantai. Dia harus menghemat kekutannya di gunung Suribachi atau di wilayah utara. Dengan begitu Ia baru bisa memperlambat runtuhnya Iwo Jima. Biar pasukan musuh membayar mahal untuk setiap meter pulau strategis ini. Jendral Kuribayashi sangat teguh pada pendiriannya. Dia tidak merubah perintahnya. Pada pokoknya pantai dikosongkan saja, biar pasukan musuh mendarat dengan bebas. Karena toh tidak akan ada pertahanan yang bisa mencegah pasukan Amerika, tetapi untuk bisa maju terus ke dalam, ke wilayah pulau selanjutnya biar pasukan Amerika merasakan pil pahit.
Kuribayashi memang berwatak keras, dan teguh bagaikan batu karang pada setiap pendapatnya. Dia berusia lima puluh tiga tahun. Ukuran tubuhnya terbilang sangat tinggi bagi ukuran seorang Jepang. Kuribayashi telah tiga puluh tahun berdinas di angkatan perang kekaisaran, dan sering bertugas di luar negeri. Di tahun 1928, pada usia tiga puluh tujuh tahun, berpangkat Kapten, dia menjabat sebagai Wakil Atase Militer di Washington. Selama dua tahun penuh Ia menyempatkan diri berkelana ke seluruh wilayah besar negara itu. Perwira Jepang ini sangat terkesan oleh sikap ramah dan hangatnya penyambutan rakyat Amerika terhadap orang asing seperti dirinya. Kuribayashi belajar bidang Kavaleri di Fort Bliss, dan terkenal sebagai siswa yang berotak encer. Sekembalinya dari belajar di Amerika itu, dia tinggal sebentar bersama keluarganya di Tokyo. Dan segera ia harus meninggalkan tanah air serta keluarganya lagi. Di tahun 1931 dia dikirim ke Ottawa, Kanada, sebagai Atase Militer. Sekali lagi Kuribayashi berkesempatan melihat Amerika. Kepada istrinya Yoshii, dia menulis surat antara lain berbunyi: “Amerika adalah negara besar yang memiliki potensi kuat dan ampuh. Rakyatnya bersemangat dan giat. Negara lain tidak boleh meremehkan kemmpuan negara ini. Amerika harus menjadi pilihan paling akhir untuk diperangi Jepang”
Bersambung : Battle of Iwo Jima (Neraka Pulau Belerang) Bag. 3
Tidak ada komentar:
Posting Komentar