10.6.11

Battle of Iwo Jima (Neraka Pulau Belerang) Bag. 1

Kali ini saya akan menceritakan tentang satu pulau yang bernama Iwo Jima, pulau belerang di kawasan kepulauan Jepang. Peran pulau ini sangat strategis ketika Perang Dunia II meletus, terutama di kawasan Asia, karena Iwo Jima adalah salah satu gerbang Pertahanan Jepang yang pada kala itu adalah salah satu negara Blok AXIS yang menguasai front Pasifik. Seperti kita ketahui bersama bahwa Blok AXIS yang di motori Jerman dengan Nazi-nya, Italy dengan pasukan Fasis-nya dan Jepang dengan Pasukan Kamikaze dan Banzai-nya memegang peranan penting kala itu. Kisah perang di pulau ini akan saya babar melalui cerita bersambung pada Blog saya. Yuk mari kita sama-sama simak kisah tentang Pulau Iwo Jima ini.

Jendral Kuribayashi adalah seorang jagoan perang yang benar-benar menampilkan citra seorang Samurai. Namun ketika ia diberi tugas memegang komando pertahanan pulau Iwo Jima, Jedral ini membuang semua kebijaksanaan kemiliteran tradisi bangsanya. Kuribayashi tahu bahwa Iwo Jima merupakan pintu gerbang dari negaranya tercinta. Dan ia tahu betul bahwa pulau itu akan jatuh ke tangan musuh. Dia tahu betul Amerika adalah musuh Jepang yang bagaikan raksasa pasti akan menggilas Iwo Jima. Kuribayashi hanya berharap bisa menunda proses runtuhnya pulau penting itu. Dia menggali ribuan meter terowongan. Dia membangun berbagai macam jebakan tak terhitung banyaknya. Dia menyembunyikan armada tank dan kubu-kubu senapan. Dia membuat rencana ulung untuk membiarkan pasukan Amerika melakukan serbuan dan pendaratan di pantai pulau itu. Dia merencanakan untuk membiarkan pantai pendaratan diduduki Amerika, akan tetapi dia akan mundur dengan sangat perlahan-lahan. Sehingga pasukan komando marinir musuh harus membayar mahal atas setiap jengkal wilayah Iwo Jima. Jendral Kuribayashi tidak mencari ketenaran, tidak mengharapkan kemasyuran lagi. Dia yakin betul akan mati di pulau itu. Dia hanya ingin berjuang dengan gigih dan mati secara terhormat, setelah mencabut nyawa musuh sebanyak-banyaknya.

Pulau Belerang

Jendral Kuribayashi tidak terkejut ketika pertama kali melihat pulau Iwo Jima. Benar, pulau ini sebagian besar bertanah gersang. Tetapi sekarang bulan Juni, jadi
sempat terlihat tetumbuhan hijau di lereng gunung. Dan disekitar desa-desa juga tumbuh rumpun pandan dan tebu. Disana-sini menjulang pohon cemara. Nampak pula seonggok rerumputan hijau. Bahkan sang jendral masih pula mendengar kicauan burung. Sekitar seratus anak-anak kecil melambai-lambaikan bendera kertas menyambut kedatangan perwira tinggi itu. Bau belerang sangat kuat bergayut di desa-desa itu. Banyak sekali sumber air bercampur belerang di pulau ini. Dari situlah pulau kecil ini mendapat namanya. Iwo Jima yang berarti Pulau Belerang.

Iwo Jima adalah sebuah pulau gunung api. Disini terdapat dua buah gunung berapi kembar, yang seakan timbul begitu saja dari dalam laut. Di ujung selatan pulau kecil ini menjulang gunung api Suribachi setinggi 550 meter. Gunung api ini tidak lagi aktif sejak bertahun-tahun. Lereng gunung penuh bebatuan tanpa ada jalan setapak menuju puncaknya. Jauh dari tengah laut gunung batu berwarna coklat hitam itu sudah nampak jelas sebelum daratan pulau terlihat sama sekali. Kalau cuaca sedang baik tidak ada kabut, seluruh daratan pulau dapat dilihat lengkap dari puncak Suribachi. Dari ujung selatan sampai ujung utara pulau ini hanya lima mil panjangnya. Pantai sebelah timur berupa dataran pasir berwarna hitam, juga pantai barat berpasir kering yang tampak hitam.

Di pantai sebelah timur daratan pulau kecil ini menanjak curam langsung dari permukaan laut, merupakan jalur tebing yang terjal. Berbeda dari pantai barat yang merupakan dataran landai. Dan air di bagian ini tidak begitu dalam seperti di bagian timur. Iwo Jima hanya lima mil panjangnya dan sekitar dua setengah mil lebar, dengan semacam leher di bagian tengah. Hamper dua per tiga dari daratan pulau ini adalah merupakan sebuah dataran tinggi bebatuan yang merupakan permukaan di sebelah timur, rata-rata setinggi 300 kaki dari permukaan laut. Sementara itu di bagian tengah pulau terdapat beberapa bukit rendah.

Motoyama adalah dusun terbesar di pulau ini, dan terletak di kaki gunung api yang masih aktif. Didalam desa ini dan disekitarnya terdapat banyak mata air panas yang mengandung belerang. Udara di desa ini sangat kuat berbau belerang.

Jendral Kuribayashi tidak terlalu memperhatikan keadaan desa-desa serta penduduknya, termasuk barisan anak sekolah yang menyambutnya. Dia diperintahkan mengunjungi pulau gersang ini bukan untuk berlibur, tetapi untuk mempertahankannya. Ya hanya mempertahankan, bukan untuk menyelamatkan dari tangan musuh, dia harus mempertahankan pulau ini selama mungkin. Hal ini berarti dia harus bertahan sampai mati. Iwo Jima adalah pintu gerbang dari wilayah kekaisaran Jepang. Pulau ini masih termasuk wilayah kotapraja Tokyo. Letaknya hanya sekitar 600 mil saja dari ibukota kekaisaran. Iwo Jima adalah wilayah pertama dari kekaisaran Jepang yang terancam oleh gempuran musuh. Jendral Kuribayashi telah menyadari hal ini bahkan sebelum dipanggil oleh Perdana Menteri Hideki Tojo di bulan Mei 1944. Waktu itu belum genap setahun Kuribayashi berada lagi di Tokyo sekembalinya bertugas di Manchuria selama tiga tahun. Hanya saja waktu itu Ia tidak mengira akan diserahi tugas di Iwo Jima, sebab telah terdengar kabar burung bahwa telah ada Jendral lain yang dicalonkan ke sana.

Jendral Tojo berkata kepadanya : “Hanya anda, diantara semua jendral, yang mampu memegang komando di Iwo Jima. Seluruh bala tentara kekaisaran dan rakyat kita menggantungkan harapannya kepada Anda untuk mempertahankan pulau kunci itu”. Kuribayashi menjawab dengan serius dan mantap bahwa Ia merasa mendapat kehormatan tinggi oleh tugas itu. Jendral ini meninggalkan rumahnya, menuju tempat tugasnya yang berat ini pada tanggal 10 Juni 1944. Dia berangkat tanpa membawa pedang wasiat yang telah menjadi warisan keluarganya selama beberapa generasi. Dia juga tidak membawa serta pedang kehormatan pemberian Kaisar, yang diterimanya di tahun 1923 sewaktu Dia lulus terbaik dari Akademi Staff Kemiliteran. Dia juga tidak berkata apa-apa kepada isteri maupun anak-anaknya. Namun Dia menulis sebuah surat kepada saudara lelakinya dengan tulisan tangan yang mantap : “Aku Tidak akan pulang hidup dari tugas ini. Tetapi harap yakin bahwa aku akan berjuang dengan segala kemampuanku, sehingga tidak akan mencemarkan nama baik keluarga kita. Aku akan bertempur sebagai seorang Samurai Kuribayashi, dan akan bersikap dan bertindak ssuai dengan sifat dan tradisi Samurai. Semoga para leluhur memberkati tekadku menjunjung nama baik Kuribayashi”.

Bersambung : Battle of Iwo Jima (Neraka Pulau Belerang) Bag. 2



Sumber Majalah HAI Edisi Khusus 4/VII/1983

2 komentar: