Ketidaknormalan di bagian itu dapat memicu perilaku impulsif (keinginan yang menggebu-gebu) dan gangguan kontrol diri sehingga nafsu makan tidak terkendali.Dr Antonio Convit dari New York University mengungkap hal itu ketika mengamati 91 remana berusia rata-rata 17 tahun. Sebanyak 54 persen di antaranya mengalami obesitas, dengan berat badan rata-rata 136,1 kg dan indeks massa tubuh rata-rata 39.
Uji kognitif yang diberikan pada kelompok tersebut menunjukkan adanya perilaku impulsif dalam kaitannya dengan pola makan. Dr Antonio mengungkap ukuran frontal lobe pada partisipan di kelompok ini relatif lebih kecil, khususnya di bagian orbitofrontal cortex.
"Remaja yang mengalami kegemukan belum tentu karena malas. Ada kelainan di otak yang menyebabkan seseorang lebih berisiko mengalaminya," ungkap Dr Antonio seperti dikutip dari AOL Health, Senin (1/11/2010).
Tidak diketahui pasti mana yang benar, ukuran otak mempengaruhi risiko obesitas atau sebaliknya ukuran tubuh yang mempengaruhi otak.Sebelumnya memang diketahui, obesitas bisa mempengaruhi sistem kekebalan tubuh sehingga meningkatkan risiko peradangan termasuk di otak.
Douglas Husbands, seorang pakar niutrisi di California memilih untuk berhati-hati menyimpulkan hal itu. Menurutnya tidak ada bukti yang cukup untuk mengatakan ukuran otak bsia mempengaruhi risiko obesitas.
"Sejujurnya kemungkinan bahwa kedua hal itu saling berhubungan memang ada. Namun saya pikir masih perlu penelitian yang lebih banyak dan mendalam mengenai hal itu," ungkap Douglas.
dikutip dari www.detik.com/www.beritajitu.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar