30.6.09

Teknologi Senjata PD II Jerman Banyak Ditiru

9 Mei 1945 adalah tanggal berakhirnya Perang Dunia II di Front Eropa. Ini ditandai dengan menyerahnya pasukan NAZI Jerman, setelah babak belur dikeroyok pasukan Sekutu (AS, Inggris, Prancis, dan lain-lain), serta Uni Soviet dengan Aliansinya.

Usai perang, berbagai peralatan tempur eks NAZI Jerman banyak disita dan dibawa pulang pasukan pemenang PD II, lalu "dibedah", untuk diteliti, kemudian dijiplak dan dikembangkan oleh AS, Inggris, Uni Soviet, Prancis, dan lain-lain. Peralatan perang buatan Jerman itu, mulai seragam tempur, senjata api ringan, kendaraan tempur, pesawat terbang, sampai peluru kendali, bahkan bom atom yang dijatuhkan di Hiroshima dan Nagasaki Jepang yang mengakhiri Perang Dunia di Front Pasifik, 10 Agustus 1945, sebenarnya dibuat pula oleh para ahli Jerman yang lari ke AS. Berikut ini, beberapa produk peralatan perang NAZI Jerman, yang menjadi dasar pengembangan berbagai persenjataan modern saat ini.

Senjata Ringan
Produk monumental Jerman bagi perkembangan senapan militer modern, adalah senapan serbu Machinenpistole Model 1 1944 (MP-44) atau disebut pula Sturmgewehr (STG 44). Termasuk di antaranya senapan serbu FN FNC buatan Belgia yang diproduksi secara lokal oleh PT Pindad Bandung (SS-1), serta produk asli lokal terbaru SS-2 rancangan dasarnya merupakan turunan MP-44.

MP-44 dianggap produk pertama atau "Bapaknya" jenis senapan serbu di dunia. Kemunculannya diawali pengalaman pasukan Jerman Perang Dunia I, di mana mereka berpendapat, di masa depan, pasukan Infanteri membutuhkan senjata lebih ringan sebagai standar.

Projek MP-44 dimulai saat membuat dua produk dengan standar peluru tipe 7,92 Kurz (selongsongnya lebih pendek) di tahun 1942. Sebuah dibuat pabrik Haenel modifikasi dari MP-43, satu lainnya oleh pabrik Walther, di mana senapan itu awalnya disebut "Karaben Mesin".

Produk modifikasi dari MP-43 kemudian terpilih, karena didesain mampu melontarkan granat (ini juga menjadi standar berbagai senapan serbu masa kini). Pada tahun 1944, produk itu kemudian dinamai MP-44 (kepanjangan dari Maschinenpistole/pistol mesin model tahun 1944).
Istilah sturmgewehr (senapan serbu) diberikan pemimpin NAZI Jerman, Adolf Hitler, yang menguji sendiri keandalan MP-44. Senapan itu dijadikan standar pasukan NAZI Jerman pada akhir 1944, yang sosoknya membuat penasaran pasukan Sekutu dan Uni Soviet.
Usai perang, MP-44 dikembangkan Uni Soviet oleh desainer senjata Alexander Kalashnikov. Maka lahirlah, produk Avtomat Kalashnikova model tahun 1947 yang umum dikenal sebagai AK-47 (7,62 mm x 39).

Sementara itu, 400.000-an pucuk MG 42 diproduksi sejak PD II, dan masih digunakan sampai kini di sejumlah negara. MG 42 dibuat memenuhi kebutuhan pasukan NAZI Jerman, atas senapan mesin serba guna yang handal dalam segala medan, bobotnya ringan, dan mudah dioperasikan.

Produk MG 42 termasuk senapan mesin tersukses pada PD II, di mana pasukan Sekutu dan Uni Soviet, gentar menghadapinya. Dalam pertempuran, hampir selalu pasukan Sekutu dan Uni Soviet, memprioritaskan menghabisi dahulu prajurit yang membawa MG 42.
Usai PD II, mulai tahun 1950-an, terjadi perubahan besar penggunaan standar peluru. Blok Barat (AS dan sekutunya) menggunakan peluru kaliber 7,62 mm x 51 (disebut pula 7,62 mm NATO), sedangkan Blok Timur (Uni Soviet dan aliansinya) menggunakan 7,62 mm x 39 (7,62 mm Rusian Short/M1943).

Untuk Blok Barat, kemudian muncul MG 42/59 (MG 42 model tahun 1959) dan MG-3 yang menggunakan peluru kaliber 7,62 mm NATO. Lain halnya Blok Timur, misalnya Yugoslavia, lebih suka menggunakan MG 42 edisi tahun 1940-an (kaliber 7,92 mm).
Teknis dasar MG 42 bukan hanya dikembangkan Jerman sendiri usai perang (misalnya HK21 dan HK23), namun juga oleh AS yang memproduksi M-60 (mulai dikenal zaman Perang Vietnam). M-60 menjadi salah satu senapan mesin serba guna tersukses dunia sampai tahun 1990-an, Indonesia termasuk di antara negara penggunanya.

Peluru Kendali
Adalah roket V-2 yang merupakan cikal bakal peluru kendali modern masa kini. Rancangan dasar peluru kendali berdasar V-2, banyak dibuat pada zaman Perang Dingin antara Blok Barat (AS dan sekutu) dan Blok Timur (Uni Soviet dan aliansinya) tahun 1960-an s.d. tahun 1980-an.

Produksi roket V-2 mulai dilakukan tahun 1942 di Peenemunde dan mulai dicoba September 1944, saat NAZI Jerman mengerjakan dua projek senjata baru, di samping bom terbang V-1. Sosoknya yang membawa satu ton hulu ledak, memiliki panjang 14 meter, berbahan bakar cair, memiliki kecepatan supersonik, dan dapat terbang pada ketinggian sekira 50 mil, membuatnya menjadi senjata mengerikan yang sulit ditangkal.

Lebih dari 5.000 roket V-2 ditembakkan pasukan Jerman ke Inggris, walau pun hanya 1.100 buah yang mampu mencapai sasaran. Namun efeknya, membuat jatuh korban 2.724 orang tewas dan sekitar 6.000-an orang cedera serius.

Saat pasukan Sekutu semakin mendesak pasukan Jerman di daratan Eropa, mereka berhasil menyita banyak sekali roket V-2 pada sejumlah tempat peluncuran. Akhirya pada Maret 1945, seluruh peluncuran roket V-2 dapat dihentikan aksinya oleh pasukan Sekutu.

Pesawat Me262
Angkatan udara Jerman (luftwaffe) menjadi pengguna pertama pesawat tempur bermesin jet sejak Perang Dunia II, melalui produk Messerschmitt (Me) 262, yang menang waktu dari saingannya, Globe Meteor, Inggris. Namun kehadiran Me262 ternyata terlambat ditampilkan, karena Jerman keburu kalah perang.

Didesain tahun 1938 dan prototipenya terbang 18 April 1941, pesawat Me262 jauh lebih cepat ketimbang berbagai pesawat konvesional saat itu. Namun pengembangannya sempat tertunda, karena berbagai pemboman dari pasukan Sekutu yang menghancurkan berbagai pabrik. Baru di tahun 1943, Adolf Hitler menyetujui produksi massal Me262, sekaligus berfungsi sebagai pesawat pengebom.

Namun sebelum banyak beraksi, pengeboman dari pasukan Sekutu menghancurkan ratusan Me 262 di landasan dan melumpuhkan berbagai instalasi pendukung. Akibatnya, Me262 kesulitan suku cadang, bahan bakar, dan pilot terlatih. Dari 1.400-an pesawat Me262 yang diproduksi, hanya 300-an buah yang sempat dioperasikan angkatan udara Jerman.
Usai perang, Me262 pun banyak diambil dan dikembangkan Sekutu dan Uni Soviet. Hasilnya, banyak desain pesawat tempur masa kini, yang sosok dan aerodinamisnya mengambil dasar Me262.

Tank
Legenda Jerman yang identik dengan kekuatan pasukan tank atau Panser pada PD II, sampai kini masih melekat. Salah satunya, tim sepak bola Jerman pun dijuluki "Tim Panser". Kekuatan pasukan tank Jerman pada PD II, semakin dikenal setelah diperkuat tank Tiger dan tank King Tiger.

Produksi tank Tiger dimulai tahun 1939, memenuhi kebutuhan angkatan darat NAZI Jerman atas tank berbobot 45 ton yang membawa meriam kaliber 88 mm, sebagai senjata paling ampuh untuk melumpuhkan kekuatan tank Uni Soviet. Prototipenya muncul bersamaan ulang tahun pemimpin NAZI Jerman, Adolf Hitler pada 20 April 1942, di mana tank Tiger sudah disempurnakan (kemudian dikenal sebagai Tiger I) ditunjukkan di Rastenburg. Tank Tiger I menjadi tank tempur pertama Jerman mempunyai suspensi handal dan stabil untuk segala medan, yang membuat pasukan Uni Soviet kocar-kacir karena berbagai tank mereka dihancurkan dengan mudah. Selama aksinya, tank Tiger I mencatat hasil mencengangkan, baik di Front Barat maupun Front Timur Eropa.

Pada 18 Oktober 1943, sebuah tank Tiger yang dikomandani Sepp Rannel, menghancurkan 18 tank Uni Soviet. Rekannya, Michael Wittman, melumpuhkan 119 buah tank, termasuk hasil besar di Pantai Normandi, Prancis, usai pendaratan D-Day 6 Juni 1944 (menghancurkan 25 tank Inggris dan 28 kendaraan lapis baja).

Namun tank Tiger I hanya diproduksi selama dua tahun (Agustus 1942 s.d. Agustus 1944), setelah itu tertandingi tank-tank baru keluaran Inggris. Tank Tiger I mempunyai kelemahan, sering mudah macet saat rantainya dipenuhi salju musim dingin. Kondisi ini, dimanfaatkan pasukan Uni Soviet untuk melumpuhkannya, pada saat pagi-pagi sekali sebelum salju meleleh.
Generasi berikutnya adalah tank Tiger II yang dijuluki King Tiger, yang terlihat pertama kali beraksi di Front Timur pada Mei 1944 dan di Front Barat pada bulan Agustus. Berbobot 68 ton berkekuatan 690 tenaga kuda dengan kapasitas bahan bakar lebih besar, membuat King Tiger menjadi senjata dasyat, walau Jerman tengah kesulitan pasokan bahan bakar, akibat berbagai tangki bahan bakarnya dan pabrik hancur dibom pasukan sekutu.

Hanya sedikit King Tiger dapat diproduksi, di mana 100 unit di antaranya digunakan pada pertempuran di Ardennes Belgia (dikenal sebagai Battle of the Bulge) pada musim dingin 1944-1945. Untuk mengimbanginya, pasukan AS kemudian menghadirkan M-4 Sherman dan penghancur tank Typhoon, sedangkan Uni Soviet mengembangkan meriam kaliber 100 mm dan 152 mm untuk "membunuh" tank-tank Tiger dan King Tiger.

Akhir perang, banyak tank modern dibuat dengan mengembangkan rancangan dasar dari Tank Tiger maupun King Tiger. Di antaranya, tank M26 Pershing buatan Amerika dan disamping M1/M1A1/M1A2 Abrams, Challenger Inggris, dan lain-lain, yang sebagian mengambil desain Super Tank Jerman. Sementara Uni Soviet, membuat T-55, T-62, dan lain-ain terutama pada era kepemimpinan Josep Stalin.

Kapal selam
Berbagai kapal selam modern yang diproduksi sejak tahun 1950-an sampai kini memiliki rancangan bentuk yang secara turun-temurun berasal dari dua produk termutakhir eks Kriegsmarine (Angkatan Laut Jerman), menjelang Perang Dunia II berakhir. Adalah U-boat (kapal selam) Tipe XVII dan Tipe XXI yang diambil pasukan Uni Soviet serta AS dan Inggris, usai Jerman menyerah.

Tipe XVII dan XXI jauh lebih cepat dari generasi kapal selam pada masanya (tahun 1940-an), dengan inovasi tower (menara) yang tegak tertutup, tak ada meriam di dek, konsep double hull (rangka kapal dua lapis), dan sistem elektronik. Berbagai sistem kedua tipe itu, hampir semuanya dilengkapi sistem elektronik, sehingga kedua tipe kapal selam itu dijuluki "Elektro-boote" (kapal elektronik), disamping ruang komando, kompartemen, sampai WC pun sudah dilengkapi dengan pendingin udara (AC). Dirancang pada tahun 1943, Tipe XXI mampu bergerak lincah saat menyelam lebih dalam, membuat posisinya mampu menghindari tangkapan sonar armada sekutu. Selain itu, produk ini dilengkapi radar elektronik ultramodern untuk menyerang sesama kapal selam di saat menyelam pada jarak efektif 120 meter.
Semula, Jerman berniat membuat sekira 1.300 unit kapal selam Tipe XXI, namun sampai mereka menyerah pada 9 Mei 1945, baru siap sebanyak 118 unit. Celakanya, berbagai Tipe XXI belum sempat diturunkan selama perang, akibat sulit melatih para awak menyesuaikan diri dengan kapal selam generasi baru itu.

Di antara produk kapal selam generasi berikut hasil jiplakan Tipe XXI, antara lain Kelas Whiskey buatan Uni Soviet, yang masih beroperasi sampai tahun 1980-an. Indonesia pun pernah memiliki 12 buah kapal selam kelas Whiskey pada tahun 1960-an.

Sedangkan Tipe XVII, sempat dioperasional beberapa unit menjelang Perang Dunia II usai, dan menjadi salah satu "tulang punggung" angkatan laut NAZI Jerman. Dua inovasi pada Tipe XVII, adanya penutup pada bagian baling-baling sehingga kekuatan lebih besar, dan desain rangka yang mudah membelah air (streamline), sehingga mampu bergerak lincah saat menyelam.
Jika mesin turbinnya ngadat dan sulit pulih, sistem hidrodinamis pada bagian rangka langsung menggantikan perannya. Untuk sementara waktu, kapal selam ini dapat bergerak sambil memberikan waktu bagi awaknya memperbaiki kerusakan.

Tipe XVII menggunakan teknologi hydrogen peroxide pada turbin mesin diesel Walter sebagai sumber tenaga, sehingga mesin turbin lebih ringan bebannya, ukuran lebih kecil, serta kecepatan lebih tinggi (24-25 knot saat menyelam) ketimbang mesin diesel biasa pada kapal selam zamannya, termasuk pasukan sekutu (rata-rata hanya 14-18 knot). Hanya saja, pengoperasian Tipe XVII menghadapi persoalan, yaitu tingginya biaya operasi dan terbatasnya kemampuan tempur, sehingga produksinya sedikit.

(Disadur dari Harian Pikiran rakyat)




3 komentar: