Anda tahu yang namanya Tutut? pastilah semua orang tahu akan hewan ini. Tutut (Keong / Bellamya Javanica / Viviparus Javanica) adalah salah satu jenis keong air tawar yang hidup di perairan dangkal berdasar Lumpur dan ditumbuhi rerumputan air, dengan aliran air yang lamban, seperti sawah, pinggir danau atau pinggir sungai kecil. Bentuk tutut seperti kerucut, meruncing ke belakang, berwarna hijau kehitaman menjadikan keong ini mudah sekali untuk dikenali. Pemanfaatan tutut untuk dikonsumsi bukanlah hal baru di Negara kita, dikarenakan tutut mengandung protein yang cukup tinggi serta harga yang lebih murah dari sumber protein hewani lainnya. Namun demikian tidak banyak yang tahu bahwa tutut ini dapat menjadi penyebar penyakit cacingan pada tubuh manusia hal ini disebabkan apabila pengolahan tutut sebagai makanan diolah secara tidak benar.
Beberapa penelitian menunjukan bahwa tutut berperan sebagai inang perantara cacing golongan Trematoda (cacing yang memiliki batil isap). Cacing golongan Trematoda ini dapat berkembang biak dalam tubuh manusia, cacing yang ditularkan melalui perantara dari keong tutut ini biasanya adalah dari famili Echinostomatidae, cacing ini berbentuk seperti daun, hidup dan berkembang pada usus manusia. Stadium dewasa cacing ini biasanya berukuran 2,5 – 6,5 x 1 – 1,35 mm, dengan ketebalan rata-rata 0,5 – 0,6 mm. sedangkan stadium larvanya yang hidup pada tubuh tutut ukurannya sangan kecil, sehingga hanya dapat dilihat melalui Mikroskop. Selain manusia, inang definitive bagi cacing Trematoda ini adalah tikus, anjing, burung, bebek dan golongan unggas lainnya.
Famili Echinostomatidae merupakan Trematoda yang hidup dalam usus, sebagian kecil pada saluran Empedu. Kekhasan dari cacing ini adalah memiliki dua batil isap dan “kerah baju” , yang disebut dengan Collar yang terdiri dari barisan duri. Dalam hidupnya cacing jenis ini mengalami beberapa tahapan sebelum menjadi dewasa yaitu Telur-Mirasidium-Redia induk-Redia anak-Serkaria-Metaserkaria-Dewasa.
Ketika keluar dari inang definitifnya, telur cacing berada dalam keadaan belum matang dan memerlukan pematangan di air. Telur kemudian berkembang menjadi stadium mirasidium, pada tahapan ini dia akam mencari inang perantara yang nantinya pada inang perantara mirasidium ini berkembang menjadi redia induk yang di dalamnya berkembang beberapa redia anak. Redia anak berkembang manjadi stadium serkaria yang memiliki ekor, kemudian serkaria berenang meninggalkan inang perantara I menuju inang perantara II, didalam hospes inang perantara II serkaria nantinya melepaskan ekornya dan berubah bentuk menjadi metaserkaria yang merupakan stadium infektif cacing. Pada hal ini tutut berperan sebagai inang perantara II. Apabila tutut mengandung metaserkaria cacing dalam tubuhnya dan tutut dimasak tidak matang lalu dikonsumsi oleh manusia maka hal ini dapat menyebabkan berkembangnya metaserkaria cacing menjadi cacing stadium dewasa pada tubuh manusia.
Tutut mengandung zat gizi makronutrien berupa protein dalam kadar yang cukup tinggi, pada tutut dewasa beratnya mencapai 4-5gram, selain itu juga tutut mengandung mikronutrien yang berupa mineral yaitu kalsium yang sangat dibutuhkan tubuh. Dengan pengolahan yang tepat tutut dapat dijadikan sumber protein hewani yang bermutu tinggi dengan harga yang relative murah dibandingkan dengan sumber protein hewani lainnya seperti daging sapi atau kambing.
Untuk mencegah penularan cacing pada manusia sebaiknya tutut dimasak hingga matang, karena pada beberapa kelompok masyarakat ada yang memakan tutut mentah-mentah dengan kombinasi disiram dengan wine/anggur, hal ini sangat tidak disarankan karena dapat menyebabkan kecacingan. Namun tidak perlu takut untuk mengkonsumsi tutut asalkan dimasak hingga matang.
terima kasih atas informasi nya...
BalasHapustd sy baru makan tutut.. hehehe
tp matang deh kayak nya.. soalnya wktu sy makan tutut nya masih panas... panas bgt.. heheehe
arghhhhhhhh,,,,,, w makan tutut,,
BalasHapusjangan2 w cacingan lagi ntar
waduh istri saya gemuk jangan jangan jadi negar cacing lg
BalasHapushahahaha
tutut itu bagus.. untuk kesehatan..
BalasHapusbagi yang terkena hepatitis atau sakit kuning, sangat baik mengkonsumsi tutut dan ini dapat menurunkan SGPT SGOT dengan cepat.
BalasHapusSaya sdh membuktikannya pada 2 orang di rumah
Selamat mencoba.
Semoga benar apa kata anda... soalnya saya pas kmren2 medical cek up nilai SGPT nya tinggi, smoga makan tutut bisa jadi turun kembali
HapusSemoga benar apa kata anda... soalnya saya pas kmren2 medical cek up nilai SGPT nya tinggi, smoga makan tutut bisa jadi turun kembali
Hapusmakan gak ya?..... jadi galau......apalagi beli diluar bukan masak sendiri....!
BalasHapussebenernya penasaran ama tutut, tp setelah baca jadi atut juga... geli ma cacing... hiiii.....
BalasHapusTutut, dimanakah kau berada .... rindu aku ingin jumpa ........ oh Tutut Permatasari .... he5x ....
BalasHapusthis is my favorite menu ..... hmmm, lazieeesss ... hauce sen cing ping !!!!
BalasHapusBaru semalem makan tutut, baca ini jadii gmnaa gtu perut ai
BalasHapusAyahku dan paklik2 ku meninggal karena hepatitis B. Aku pengin sering2 makan tutut untuk jaga kesehatan supaya gak ikutan kena hepatitis B. Tapi dimana belinya? Di pasar dekat rumahku sekitaran kelapa gading gak ada yang jual tutut,,,
BalasHapusAiiiih serius gk c nh info bikin ngeri aaarrrggghhhh masa gk mkn tutut
BalasHapusHaha mau masak tutut nih, walau baca ini agak ngeri dan geli2 gimana gitu..tp masak tutut harus ttp dilanjut, gimana mau nggak coba, td tututnya gw sikat atu atu padahal 100an lbh..demi bersih...dan skrg masih proses rendam...masaknya besok.dan harus rebus dlu biar mati tuh telur cacing nya hrrrggg 😁
BalasHapusDi taman mini dkt pedepokan silat tutut r luezaattt bingitsss rugi kalau gk nyoba,di jamin tutut e bersih sy baru coba eh ketagihan
BalasHapus